Jumat, 26 Agustus 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi- fungsi serta proses- prosesnya ( ICDP, Cairo, 1994 ).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dngan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya ( WHO ). (kesehatan reproduksi.2009)

A. Sistem Reproduksi wanita
Berbicara tentang alat reproduksi wanita merupakan hal yang bersifat pribadi. Sistem  reproduksi wanita berfungsi untuk menghasilkan telur dan untuk menyediakan dan mendukung perkembangan embrio jika telur dibuahi(stephen d. bresnick, m.d, iintisari biologi). Alat kelamin/sistem reproduksi wanita terdiri dari organ eksternal dan internal, yang terletak di dalam rongga pelvis dan di topang oleh lantai pelvis, dan genital eksternal, yang terletak diperineum. 
1.    Organ  eksternal (bagian dalam)
a)      Mons pubis
Monas pubis adalah jaringan lemak subkutan yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jaringan diatas simpfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea ( minyak ) dan ditumbui rambut warna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yakin sekitar satu sampai dua tahun awitan haid. Rata-rata menaeke (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun.
b)      Labia minora (bibir kecil)
Libina minora, terletak di antara dua libia mayora, merupakan li[atan kulit panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari bawah kolitoris dan menyatu dengan fourcheite. Sementara bagian lateral dan anterior lania biasanya mengandung pigmen, permuakan medial labia minora sam dengan mukosa vagina : merah mudah dan basah.
c)      Labia majora
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubism keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi libia minora, barakhir diperineum pada garis tengahm libia mayora melindungi libia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. ( Irene m.bobak. Keperawatan maternitas )
d)      Clitoris
Organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan cilioris dinamai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita sedang terangsang, glans dan badan cilitoris membesar.
(keprawatan medis. )
e)      Vestibulum
Dinding vagina terdiri dari tiga lapisan dalam adalah selaput lendir (membran mukosa) yang dilengkapi lipatan-lipatan sehingga mempunyai rupa seakan-akan ditutup papilea, lapisan luar adalah lapisan berotot yang terdiri atas serabut longitudinal danmelingkar, dan antara dua lapisan ini terdapat sebuah lapisan dari jaringan erektil terdiri atas jaringan areorel, pembuluh darah dan beberapa serabut otot tak bergaris. (sri yuliani handoyo,”anatomi & fisikologi”.2007)
f)       Himen (Selaput Darah)
Himen merupakan lapisan yang tipus dan menutupi sebagian besar introitus vagina. Himen bersifat elastis tetapi tetapi kuat kerena terdiri atas jaringan ikatan elastis dan kolagen. Permukaannya ditutupi epitelium skuamosum kompleks. Himen mempunyai bentuk yang berbeda_beda, dari yang semilunar sampai yang berlubang-lubang atau yang ada pemisahnya, konsistensinya pun berbeda-beda dari yang kaku sampai yang lunak sekali. (Yani kusmiyati."Perawatan ibu hamil" 2009)

2.      Organ  internal (bagian dalam)
Organ reproduksi interna meliputi tuba, ovarium, rahim, serviks, vagina.

a)      Tuba
Tuba uterina keluar dari kopus uteri, terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan keara literal, mulai dari kornu uteri kanak dan kiri. Panjang 8-14 cm dengan diameter kira-kira 0,6 cm terdiri atas : pars intertisialis, pars ithmica, pars ampularis, pars infundibulum. Tuba ditutupi seluruhnya oleh peritoneum. Otot-otot pada tuba selalu kontraksi secara rutin. Kecepatan paling tinggi pada saat ovulasi dan paling rendah pada saat hamil. Secara ontogenis tuba berasal dari duktus mulleri. Bagi tuba fimbriae panting artinya untuk menangkap telur untuk kemudian menyalurkan kadalam tuba. Otot dindin tuba terdiri atas. Otot logitudinal dan otot sirkuler.(Yuni kusmiati, heni puji wahyuningsi, sujiyatini."Perawatan ibu hamil" 2009) Fungsi normal tuba uterina untuk mengantarkan ovum daro ovarium ke uterus, tuba juga menyediakan tempat untuk pembuangan.(Sri yuliani handoyo."Anatomi n fisiologi untuk paramedis".1979 hal:260 )
b)      Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kemiri, terletak di kanan dan kieri uterus. Di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligmentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang. Yang disebut podit primer. Setiap posit dikelilingi sel kelompok sel foliket pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi di folikel ovari yang vesikuler. (Evelyn pearce."Anatomi dan fisiologi untuk paramedis"1979) Fungsi utama ovarium adalah sebagai tempat pemasakan sel-sel germinal, selain itu ovarium juga berfungsi sebagai sumber produksi hormon-hormon.(Yuni kusmiati, heni puji wahyuningsi, sujiyatini."Perawatan ibu hamil" 2009).
c)      Uterus
Uterus merupakan organ muscular, berdinding tebal, bentuk seperti buah pear. Ukuran 7,5 cm, lebar 5 cm dan tebal 3-4 cm, permukaan anterior dataran di tempati oleh vesica urinaria, di sebut ficies vesicalis permukaan dorsal berbentuk konveks, disebut facies intrstinalis pada tepi lateral uterus terdapat ligamentum latum uteri(prof.dr.j.w.luhulima,pak."anatomi umum".2002)
d)      Serviks

e)      Vagina
Merupakan saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskukus spincter ani dan muskulus levetor ani, sehingga dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang(rugae) dan terutama di bagian bawah. Sel dinding vagina mengandung banyak pH 4,5. Kesamaan vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.


~Masa perkembangan
Wanita biasanya sebelum masa kehamilan terlebih dahulu mengalami masa-masa berikut
1. Peberitas
Dimulai antara usia 9 tahun sampai 12 tahun disini mulai adanya sekresi FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon-hormon ini menyebabkan ovarium untuk menghasilkan estrogen, dimana estrogen menyebabkan:
a. Pertumbuhan uterus dan tuba uteri
B. Penebalan epitelium vagina
C. Perkembangan payudara
D. Perkembangan rambut pubis dan rambut aksila

kesehatan Lingkungan


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Empat factor menurut Hendrik L. Blum tersebut antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan atau genetic yang berpengaruh satu sama lainnya.
Faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingup lingkungan yang paling dekat dengan kegiatan manusia adalah rumah, dimana rumah sebagai tempat tinggal dan segala aktifitas manusia.
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan social.


B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan, yaitu : Bagaimanakah keadaan perumahan dan pemukiman yang ada di kelurahan Biringkanaya tepatnya dipemukiman jalan tol?

C.    Manfaat dan Tujuan
1.      Manfaat
Adapun manfaat bagi :
·      Mahasiswa, yaitu sebagai pembelajaran
·      Pemerintah, yaitu agar sadar akan fakta yang ada dilapangan bahwa masih adanya pemukiman yang kumuh sehingga diharapkan pemerintah mau menindak lanjuti keadaan tersebut.
2.      Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan dan pemukiman yang ada dikawasan jalan tol kelurahan Biringkanaya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Perumahan Dan Permukiman Sehat
Setiap manusia, dimana saja berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang layak, disebut rumah. Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus mnemnuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tidak sakit.
Penetapan Rumah Sehat (menurut APHA/ American Public Health Association)
1.         System penyediaan air harus baik
2.         Tersedia fasilitas untuk mandi
3.         Memiliki fasilitas pembuangan air bekas
4.         Memiliki fasilitas pembuangan tinja
5.         Penghuni tidak padat (1 orang/ 1,2 m2)
6.         Ventilasi dan penerangan yang cukup
7.         Kondisi bangunan yang kuat : fondasi yang kokoh, dinding kuat dan kayu tidak lapuk.
Syarat rumah sehat (menurut APHA), yaitu :
1.         Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya : temperature, penerangan, ventilasi dan kebisingan.
2.         Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya : health is begun at home.
3.         Memenuhi syarat melindungi penghuni dari penularan penyakit : air bersih, pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran lingkungan, tidak jadi sarang vector dan lain-lain.
4.         Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya dan kecelakaan : kokoh, tangga tak curam, bahaya kebakaran, listrik, keracunan, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain

B.     Sistem Pembuangan Air Limbah
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1.    Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2.    Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3.    Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4.    Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

laporan pbl 2


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
1.    Latar Belakang PBL
Kesehatan  merupakan impian setiap insan di dunia untuk melakukan akitvitas kesehariannya. Status kesehatan tercapai apabila faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu Hereditas. Prilaku pelayanan kesehatan dan lingkungan dapat dikendalikan dengan baik , sehingga terjadi keseimbangan. Dan salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, maka diselangarakn upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan penyembuhan penyakit (rehabilitatif) yang dilaksaanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Undang-Undang Kesehatan RI N0. 23 Pasal 10).

Pelaksaan program kesehatan dapat Berjalan dengan efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal jika terlebih dahulu diketahui pokok permasalahan yang ada dalam masyarakat. Untuk dapat mengetahui masalah-masalah tersebut, maka dibutuhkan data dan informasi yang akurat serta relevan sehinggah dapat memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat

Kegiatan pengalaman belajar lapangan (PBL) II merupakan lanjutan dari PBL I . dimana PBL II menitikberatkan pada kegiatan penentuan prioritas masalah dan intervensi berdasarkan data primer dan sekunder di PBL I dari hasil penyebaran angket dan hasil diskusi dengan beberapa toko masyarakat yang ada di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep.

2.    GAMBARAN UMUM HASIL PBL II
PBL II merupakan rangkaian kegiatan dari PBL I yang telah dilaksanakan pada semester lalu. Pada PBL I telah dilakukan pengumpulan data baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Pada PBL II ini dilakuakan invertarisir serta prioritas masalah kesehatan bersama manyasyarakat.
Setelah melakukan PBL I selama 2 minggu di Dusun Lekko Boddong,kami memperoleh data kualitatif sebagai berikut:
2.1.        Keadaan Geografi
Dusun/RK Lekko Boddong adalah salah satu dusun yang berada di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep yang mempunyai ketinggian tanah dari permukaan laut 0-5 m, banyaknya arah hujan 3000 mm/th, topagrafi ( daratan rendah tinggi, pantai),  dengan suhu udara rata-rata 33 0 c. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan desa/kelurahan ) jarak dari pusat pemerintahan pemerintahan 3 km, kota administratif  2 km, jarak dari ibu kota kabupaten 2 km, dan jarak dari ibu kota provinsi 60 km, pada kegiatan PBL 1 ini yang menjadi fokus deskriptif kelopok kami adalah Dusun Lekko Boddong yang merupakan dusun dari Kelurahan Anrong Appaka.

Letak geografis Kelurahan Anrong Appaka
Secara umum letak gegrafis Kelurahan Anrong Appaka adalah sebagai berikut :
a.    Sebelah Utara berbatasan dengan     :Kel. TUMAMPUA
b.    Sebelah Selatan berbatasan dengan :Dusun/RK Maini Ayo
c.    Sebelah Timur berbatasan dengan     :Dusun/RK Paccelang
d.    Sebelah Barat berbatasan dengan      :Kel TEKO LABBUA
2.2.        Keadaan Demografi
 berdasarkan hasil pendataan yang kami lakukan di Dusun/RK Lekko Boddong seluruhnya berjumlah 993 jiwa dengan kepala keluarga 217 KK, Berikut rincian penduduknya:

a.    Jumlah KK                                                           :217 (kepala keluarga)
b.    Jumlah Laki –Laki                                   :500 jiwa
c.    Jumlah Perempuan                               :493 jiwa
d.    Jumlah Penduduk Seluruhnya                       :993 jiwa

3.    TUJUAN PBL II
a.    Tujuan umum
Menganalisa masalah dan menyusun program berdasarkan masalah yang ada di Dusun Lekko Boddong, serta meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang Ilmu kesehatan masyarakat dan aplikasi ya ditengah-tengah masyarakat.
b.    Tujuan Khusus
Ø  Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang ada dimasyarakat bersama-sama dengan anggota masyarakat .
Ø  Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dan merumuskan bentuk solusinya bersama dengan anggota masyarakat.
Ø  Mahasiswa mampu menganalisis faktor penyebab masalah (root cause analysis) yang dituangkan dalam bentuk pohon masalah dan dirumuskan bersama dengan masyarakat.
Ø  Mahasiswa mampu membuat proposal secara sederhana dalam bentuk plan of action (POA). Dari masalah yang akan di intervensi.
Ø  Mahasiswa mampu bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam melaksaanakan kegiatan intervensi
Ø  Mahasiswa mampu melakukan suatu laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.














BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.   KEGIATAN LAPANGAN
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II) di laksanakan pada tanggal 11 juli sampai dengan 24 juli 2011 oleh mahasiswa PBL Fakultas Kesehatan Masyarakat  Universitas Muslim Indonesia di Dusun Lekko Boddong Kelurahan Anrong Appaka Kecamatan Pangkjaene Kabupaten Pangkep, dimana salah satu tujuannya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan jenis intervensi untuk menyelesaikan masalah kesehatan sebagai lanjutan dari PBL I.

Berdasarkan data yang di peroleh dari hasi PBL I di Dusun Lekko Boddong dengan menggunakan koesioner dan wawancara mwldalam terhadap responden dapat dilihat bahwasahnya jika dilihat dari lingkungan fisiknya rumah yang teratur, namun tempat pembuangan sampah yang kurang baik, itu terlihat dari tanah/ lahan kosong dan sungai yang dijadikan tempat pembuangan sampah, SPAL yang belum memenuhi syarat kesehatan dan untuk periaku sehat belum cukup baik terlihat dari banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari – hari.

Dengan melihat permasalahan di atas maka dalam pengidentifikasan masalah kami menggunakan dan berpatokan teori Henrik L. bloom, dimana beliau mengukur angka kesakitan melalui 4 faktor sebagai berikut:
1)    Lingkungan
Keadaan lingkungan Dusun Lekko Boddong merupakan daerah pengarap emapang dan sawah, hampir seluruhnya dikelilingi oleh sawah dan empangyang di jadikan sumber penghasilan masyarakat
2)    Perilaku Masyarakat
Dari segi perilaku, tingkat masyarakat pada umumnya masih rendah, hal ini dilihat dari perilaku dari sebagian masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat seperti di sungai dan tanah – tanah kosong, dan adanya kebiasaan berhajat di sembarang tempat yang tidak memenuhi syarat kesehatan, menyangkut masalah SPAL yang tidak memenuhi standar kesehatan, tanpa mereka sadari akan dampak negatifnya.
3)    Pelayanan Kesehatan
Untuk masalah pemanfaatan kesehatan, masyarakat sudah memanfatakan dengan baik. Ini dapat dilihat dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke pusat pelayanan kesehatan, sudah hampit semuanya, walaupun ada beberapa warga yang belum memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik dikarenakan ada beberapa factor seperti, factor biaya dan  jarak antara rumah dengan pelayanan kesehatan.
4)    Heridatas atau Genitika
Penyakit yang disebabkan oleh factor keturunan atau heriditas.

adapun kegiatan yang kami lakukan PBL II selama 2 minggu yaitu :
a.    Pertemuan Dengan Masyarakat
Kegiatan pertemuan ini kami lakukan sebanyak tiga tahap. Tahap – tahap pertemuan tersebut akan kami jabarkan sebagai berikut :
1.    Penetapan Prioritas Masalah
Kegiatan ini kami lakuakan di mesjid Raudhatul Muflihin Dusun Lekko Boddong pada sore hari pukiul 15.45 (ba’da sholat Ashar), tanggal 13 juli 2011. Pada diskusi ini hadir juga para tokoh agama (TOGA), dan tokoh masyarakat (TOMA). Tujuan kami melakukan pertemuan dengan masyarakat ini adalah untuk membahas masalah – masalah yang ada untuk di jadikan prioritas. Adapun prioritas masalahnya, Pertama: Saluran pembuangan air limbah ,karena pada umumnya masyarakat Lekko Boddong belum memiliki SPAL yang memenuhi syarat kesehatan. Kedua : kurangnya kepemilikan tempat sampah karena baru jalan-jalan utama di Dusun Lekko Boddong yang memiliki tempat sampah. Ketiga :  prilaku tidak memasak air, karena tingginya frekuensi tidak masak air sebelum di minum warga Lekko Boddong.  Pada awalnya, dari ketiga masalah yang kami tawarkan kepada masyarakat, mereka tidak menganggap ketiga masalah  itu sebagai masalah. Tetapi setelah melakuakan diskusi ulang, akhirnya masyarakat mengusulkan bahwa tempat sampah sebagai masalah yang lebih utama untuk di selesaikan karena kalau masalah SPAL dan Jamban masyarakat terkendala di dana dan juga masalah sampah sangat  membantu agar sampah tidak di buang pada sekitar rumah dan sungai-sungai yang terdapat di sekitar rumah dan sampah juga sangat  berhubungan langsung dengan rumah dan penghuninya. Mereka menginginkan lingkungan sekitar rumah yang sehat.
Dalam penetapan  prioritas masalah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan normative. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat  dapat memandang suatu hal sebagai masalah yang dapat mengganggu kesehatan dan benar-benar berbahaya, namun mungkin menurut pandangan masyarakat hal tersebut bukan merupakan suatu masalah atau hal yang sangat membutuhkan perhatian khusus bagi mereka akan tetapi di nomor duakan, atau tidak menutup kemungkinan akan terjadi sebaliknya. Oleh karena itu, peran serta masyrakat  dalam penetapan prioritas masalah sangat dibutuhkan demi terealisasinya suatu program yang benar-benar menyentuh masyarakat.
2.    Penepatan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah penetapan prioritas masalah maka selanjutnya yang harus di tempuh adalah penentuan prioritas pemecahan masalah dengan melakukan beberapa kegiatan pokok, yakni sebagai berikut:

                                              i.        Menyususn Alternatif Pemecahan Masalah
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah menyusun alternative pemecahan masalah untuk menyelesaikan prioritas masalah yang telah di tetapkan. Alternative pemecahan masalah di pandang penting karena keterkaitannya dengan upaya memperluas wawasan. Adapun langkah yang di tempuh adalah sebagi berikut:
ü  Membentuk berbagai penyebab masalah
ü  Memeriksa kebenaran penyabab masalah
ü  Mengubah masalah kedalam bentuk kegiatan
Melihat situasi dan kondisi yang ada di dusun Lekko Boddong terdapat beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah setempat maupun dari instansi terkait. Dengan  masalah kesehatan yang timbul di Dusun Lekko Boddong, maka perlu adanya penetapan dan penyusunan alternative pemecahan masalah yang  kemudian dapat di buat dalam bentuk

Tabel 1
Matriks Pemecahan Masalah
Di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka
Kecematan Pangkajene Kabupaten Pngkep
Juli 2011

No
Daftar Masalah
I
T
R
IxTxR
P
S
RI
DU
SB
PB
PC
1
SPAL
5
5
5
3
4
4
2
4
4
192.000
2
Kepemilikan tempat sampah
4
5
4
3
5
5
2
4
3
144.000
3
Prilaku tidak memasak air minum
5
5
3
3
2
1
1
3
4
5.400

Keterangan :
P (Prevalensi)                                               :Besarnya masalah
S (Severiti)                                                    :Akibat yang di timbulkan oleh masalah
RI (Rate of increase)                                   :Kenaikan besarnya masalah
DU (Degree of Unmeet need)                   :Derajat keinginan masyarakat yang tidak Terpenuhi
SB (Sosial Benefit)                                      :Keuntungan sosial karena selesainya masalah
PB (Publik Concern)                                   :Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
PC (Political Climate)                                  :Susunan Politik
T (Tehnical Feasibiliti)                                :Makin layak tehnologi yang tersedia  dan yang dapat di pakai untuk mengatasi  masalah
R (Resourees Availability)                         :Makin tersedia sumberdaya yang dapat di   pakai untuk mengatasi masalah

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa pembuatan tempat sampah percontohan dan penyuluhan merupakan prioritas jalan keluar yang paling dominan untuk di tindak lanjuti karena memiliki nilai tertinggi di bandingkan dengan masalah yang lainnya.

                                            ii.        Memilih Prioritas Pemecahan Masalah
Dari hasil data diatas, nilai efektivitas (efectivity) untuk setiap pemecahan masalah yakni pemberian angket 1 (paling tidak efektif) hingga 5 (paling efektif). Prioritas  pemecahannya adalah nilai efisien yang lebih tinggi untuk menetapkan evektifitas pemecahan masalah.
1.    Kesehatan Lingkungan
Ø  SPAL
Berdasarkan scoring SPAL merupakan masalah yang penting yang perlu di selesaikan, hal ini sesuai dengan data yang diperoleh di Di PBL I, bahwa masyarakat  di dusun lekko boddong yang membuang air limbah disekitar rumah  sebanyak  40,0%.








Tabel 2
Distribusi  Responden Berdasarkan Kepemilikan SPAL
Di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka
Kecematan Pangkajene Kabupaten Pangkep
juli 2011

No
Pembuangan air limbah
Jumlah
%
1.

2.

3.

4.

Dialirkan di sekitar rumah

Di buang ke sungai

Dialirkan kesawah/ kekebun

Di alirkan ke Got
84

46

33

41
41,8

22

16,2

20
Total
204
100
                       
Tabel 3
Distribusi  Responden Berdasarkan Perilaku Membuang Sampah
Di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka
Kecematan Pangkajene Kabupaten Pangkep
Juli 2011
No
Perilaku membuang sampah
Jumlah
%
1.

2.

3.

4.

5.

6. 
Dikumpul lalu di bakar

Dikumpul lalu di timbun

Kebun/semak/sawah/tempat terbuka
Dipantai

Di buang di pekarangan rumah

Di bungkus lalu di buang ke TPA

Lainya

sungai

93

5

48

1

24

39




7
42,9

2,3

22,1

0,5

11

18




3,2
Total
217
100

Tabel 4
Distribusi  Responden Berdasarkan Alasan Tidak Memasak Air Minum Di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka
Kecematan Pangkajene Kabupaten Pangkep
Juli 2011

No
Alasan tidak memasak air
Jumlah
%
1.

2.

3.
Air sudah bersih

Malas masak

Tidak praktis
43

10

15

63,2

14,7

22,1
Total
68
100











Tabel 5
Distribusi  Responden Berdasarkan Memasak Air Untuk Diminum
Di Dusun Lekko Boddong, Kelurahan Anrong Appaka
Kecematan Pangkajene Kabupaten Pangkep
Juli 2011

No
Alasan tidak memasak air
Jumlah
%
1.

2.
Ya

Tidak
134

83

61,8

38,2
Total
217
100





















3.    Pohon Masalah
a.    Kesehatan Lingkungan
Ø  Tempat Sampah
82% rumah waraga yang tidak memiliki tempat sampah di dusun Lekko Boddong
Kurangnya dana untuk membuat dan membeli tempat samapah
Rendahnya pendapatan
Rendahnya ekonomi masyarakat
Social , Ekonomi  dan Budaya
Kurangnya kesadaran masyarakat
Kurangnya pemahaman masyarakat
Rendahnya pengetahuan
Kurangnya informasi
Sikap acuh
Kurangnya ke sadaran
Malas
 































Ø 
76% Rumah tangga yang tidak memiliki SPAL yang sesuai dengan standar kesehatan
SPAL


Faktor kebiasaan masyarakat
Kurangnya pengatahuan
Rendahnya pendidikan
Social , Ekonomi, dan Budaya                









Sikap acuh
Kurangnya kesadaran masyarakat
Kurangnya motivasi
Rendahnya ekonomi masyarakat
Rendahnya pendapatan
Tidak mampunya membeli bahan yang di butuhkan
 































b.    Perilaku tidak memasak air sebelum di konsumsi
38,2% ibu rumah tangga tidak memasak air minum sebelum di konsumsi
Faktor kebiasaan
Pengaruh lingkungan
Sudah bersihnya air dari mata air
Mudah di peroleh
Social dan budaya
Airnya sudah bersih
Rendahnya pendidikan
Rendahnya pengetahuan
Prilaku
Tersedianya mata air
Kurangnya penyuluhan
 

































4.    Pemecahan Masalah
a.    Kesehatan Lingkungan
Ø  Sampah
Sampah merupakan masalah yang telah di sepakati di Dusun Lekko Boddong untuk di jadikan sebagai prioritas karena masyarakat menganggap sampah lebih penting untuk di atasi karena sampah lebih bersentuhan langsung dengan lingkungan sekitar rumah warga. Untuk itu, sebagai langkah pemecahannya di Dusun Lekko Boddong telah di buat tempat sampah  percontohan yang memenuhi standar kesehatan.
Ø  SPAL
SPAL  merupakan masalah yang paling uatama yang harus di selesaikan di Dusun Lekko Boddong karena banyaknya rumah tangga yang belum memiliki SPAL, hal ini di akibatkan kareana masyarakat kurang mendapatkan informasi  mengenai pentingnya menjaga kesehatan (kurang pengetahuan dan rendahnya pendidikan), rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Untuk itu, sebagai langkah pencegahannya, di Dusun Lekko Boddong telah di adakan penyuluhan dan juga pembuatan SPAL dari pemerintah setempat yang sudah sesuai dengan standar kesehatan dengan cara mengundang langsung masyrakat setempat.
b.    Prilaku tidak memasak air sebelum di konsumsi
Tingginya frekuensi tidak mengkonsumsi air masak masyarakat Dusun Lekko Boddong yang di akibatkan oleh faktor ke biasaan dari kecil dan kurangnya pengetahuan dan informasi tentang bahaya tidak mengkonsumsi air minum yang di masak bagi kesehatan manusia. Untuk itu, sebagai langkah pemecahannya di adakan penyuluhan kepada masyarakat Dusun Lekko Boddong  dengan cara mengundang langsung masyarakat.




c.    Pembuatan Plan Of Action
1.    Kesehatan Lingkungan
·         Pembuatan tempat sampah percontohan

82 % (178 KK) tidak menggunakan tempat sampah dan juga tempat pembuangan sampah yang belum memenihi standar kesehatan di Dusun Lekko Boddong juli 2011
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia

A.   Latar Belakang
Sampah merupakan kotoran yang di hasilkan dari kegiatan manusia. Jika suatu rumah tidak mempunyai tempat sampah maka anggota rumah tersebut akan di serang berbagai macam  penyakit  dan permasalahannya, sebab sampah di buang di sembarangan tempat yang menyebabkan nilai estetika dan keindahan berkurang, menimbulkan bau yang tidak enak, menimbulkan penyakit malaria, thipus,demam berdarah, colera dan lain-lain. Jika masalah tersebut tidak di tanggulangi segera maka akan merugikan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan pertimbangan atas hal tersebut dan juga berdasarkan data PBL 1 bahwa 82 % masyarakat Dusun Lekko Boddong menggunakan tempat sampah yang sesuai dengan standar kesehatan. Dimana anggota rumah tangga membuang sampahnya di sembarang tempat, di antaranya di sekitar rumah, di sungai, di kebun/sawah, dll.

B.   Tujuan
Apakah dengan membuat tempat sampah percontohan bersama dengan masyarakat  Dusun Lekko Boddong, KK yang mempunyai tempat sampah meningkat dari 18 % menjadi 50 %.




C.   Langkah – Langkah
Langkah-langkah yang di lakukan dalam pelaksanaan kegiatan adalah
1.    Persiapan
Persiapan yang di lakukan adalah pengadaan sarana dan prasarana, tenaga, peralatan, perlengkapan dan dana agar mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2.    Pelaksanaan
Pelaksanaan berupa pembuatan tempat sampah percontohan yang sesuai dengan standar kesehatan oleh masyarakat Dusun Lekko Boddong yang merupakan prioritas program.
3.    Evaluasi
Di lakukan oleh mahasiswa PBL dengan cara pemantauan hasil kerja yang di lakukan oleh masyarakat.  

D.   Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pembuatan Tempat sampah percontohan dilaksanakan pada minggu ke II.

E.   Sumber Dana
Table 5
Bubget / Sumberdaya yang dibutuhkan
Sumber daya yang di butuhkan
Yang tersedia
Yang di butuhkan
Satuan
Rp
Satuan
Rp
Ember
-
-
2
50.000
Pewarna
-
-
1
18.000
Total
-
-
2
118.000

F.    Evaluasi
Evaluasi di laksanakan dengan metode free test dan post test oleh mahasiswa PBL.
Indikator : dari hasil pembuatan tempat sampah percontohan, yang menggunakan tempat sampah tersebut dari rata-rata post test 18 % meningkat sebanyak 22 % di bandingkan dari pree test, dan terjadi peningkatan 22 % menjadi  40 % yang menggunakan tempat sampah.
·         Penyuluhan Tentang Pentingnya SPAL

76  % (164 KK) tidak memiliki SPAL
Di Dusun Lekko Boddong
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
A.   Latar Belakang
SPAL merupakan salah satu prioritas kesehatan yang harus tersedia di setiap rumah tangga. Jika satu rumah tidak mempunyai SPAL , maka anggota rumah tangga tersebut akan mudah terserang berbagai  macam permasalahan dan penyakit. Sebab limbah yang di hasilkan dari rumah tangga akan menimbulkan permasalahan, antara lain dapat mengkonta minasi permukaan tanah  dan sumber air, niali estetika dan ke indahan berkurang , menimbulkan bau yang tidak enak , menimbulkan penyakit diare, tipus, dan lain-lain. Jika masalah ini tidak di tanggulangi segera maka akan merugikan masyarakat itu sendiri.

Dari hasil pendataan pada PBL 1 di Dusun Lekko Boddong, dari 217 KK yang kami data hanya terdapat 53 KK saja yang memiliki SPAL sedangkan 164 KK atau 76 % tidak memiliki SPAL.

B.   Tujuan
Apakah dengan mengadakan penyuluhan mengenai SPAL kepada masyarakat Dusun Lekko Boddong dalam waktu satu hari akan menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat  mengenai pentingnya SPAL  bagi kesehatan  dan nilai skor post test meningkat 20 % dari pree test.

C.   Langkah – Langkah
Langkah- langkah yang di lakuakn dalam pelaksanaan kegiatan adalah
1.    Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah pengadaan perlengkapan dan pemantapan pengetahuan kelompok tentang kesehatan lingkungan agar mempermudah kegiatan penyuluhan  di lapangan.
2.    Pelaksanaan
Pelaksanaan berupa pemberian  penyuluhan kepada masyarakat Di Dusun Lekko Boddong tentang kesehatan lingkungan khususnya dampak yang akan timbul dari tidak adanya SPAL.
3.    Evaluasi
Evaluasi yang di lakukan oleh mahasiswa kelompok PBL untuk melihat seberapa besar perubahan pengetahuan pengetahuan masyarakat.


2.    Perilaku Tidak Memasak Air Sebelum di Konsumsi